Jumat, 16 Mei 2014

Lindri Land Rock XXIII

 
    Pada tanggal 23 februari 2013, aku pernah mengikuti kegiatan Lindri Land Rock ke XXIII di daerah Tulungagung Jawa Timur. Yang pada hari sabtu saat aku pulang sekolah, aku bergegas menyiapkan semua kebutuan untuk acara lintas alam tersebut. Dan segera berangkat bersama teman-teman dan kakak alumni. Namun ini perjalanan yang sangat jauh, karena tulungagung merupakan daerah dekat perbatasan jawa timur dan jawa tengah, dan ini jauh dari tempat tinggal kita.

    Perjalanan ini memerlukan waktu sekitar 7-8 jam. Namun di tengah perjalanan yang melelahkan itu, aku melihat kekanan dan kekiri sawah hijau membentang, udara sejuk dan ada beberapa gubuk lucu. Jauh dari polusi, angin yang behembus segar sekali, sampai kita mematikan ac mobil menggantinya dengan membuka jendela mobil. Apalagi saat di daerah kediri yang dekat dengan pabrik rokok, aroma tembakau sangat enak, dan sawah yang membentang luas menemani sepanjang perjalanan kita.

    Sesampai di suatu desa di daerah Tulungagung, kita mencari tempat beristirahat di depan teras rumah warga. Karena lomba lintas alam di mulai pada pukul 00.00, kita memanfaatkan waktu ini dengan hal yang bermanfaat, seperti makan, sholat, tidur, dan pemanasan. Pemanasan hal yang wajib sebelum kita melakukan aktivitas olah raga.

    Mendekati pukul 00.00 semua peserta mulai memenuhi lapangan balai desa, yang di gunakan sebagai start dan finish. Aku, teman-teman dan kakak alumni sudah siap mengikuti acara lintas alam ini, dengan penantian panjang akhirnya lintas alam pun di buka. Kembang api melintas di atas berkali-kali dengan berkali-kali pemberangkatan. Tim kami pun mulai pembarangkatan, dan berjalan sesuai rute yang telah di tentukan. Ini kita masih melewati jalan yang biasa, semakin jauh kita melewati desa yang jalannya berbatu sedikit tajam, dan melewati jalan putih di samping persawahan.

    Selanjutnya kita melewati sebuah perbukitan, yang medannya hampir sama seperti gunung. Di sini dibagi dua jalur, yaitu jalur biasa dan jalur extrime. Namun aku masih pemula jadi aku memilih jalur biasa. Jalan yang berkelok-kelok dengan pencahayaan senter telah kita lewati, lalu kita melewati perbukitan yang landai tapi jalanan tanah yang licin. Dari atas aku mendengar suara derasnya air sungai yang berada di bawah, tapi aku melanjutkan ke medan selanjutnya yang berlumpur, dan banyak nyamuk yang pedas. Adanya kegiatan ini membuat warga masih membuka jualannya hingga larut malam. Namun di sini jarak rumah satu dengan rumah lainnya cukup jauh.

    Hingga esok hari, capek, senang bercampur jadi satu. Tapi kita tetap bersemangat, kita sudah mulai senang melihat keindahan pemandangan sekitar yang semalam tertutup cahaya. Dan kita sudah melewati jalan biasa, foto lagi deh! Hiks...hiks... Namun setelah itu kembali ke jalan yang berlumpur basah dan kering. Teman-teman banyak yang mencuci sepatunya yang berlumpur di aliran sungai yang jernih dan segar. Dan memilih berjalan tanpa alas kaki, namun aku tetap memakai sepatuku yang terkena lumpur. 

    Di perjalanan selanjutnya banyak hal yang sangat lucu, diantaranya banyak orang tua yang duduk di teras rumah melihat para peserta lintas alam. Namun ada yang sedang marah-marah karena tanaman daun singkong dan cabe yang terinjak oleh peserta lintas alam. Dan kita beristirahat sebentar melihat hijaunya alam berbalut kabut. Lalu melanjutkan perjalanan. Aku menemui seorang kakek tua yang mengajak berbicara, namun sayang kakek tua tersebut memakai bahasa jawa yang sangat halus. Jadi aku tidak tau apa yang di katakannya dan berusaha menghormati dan menjawabnya dengan bahasa indonesia. Selanjutnya, kita terus menempuh perjalanan jauh yang berjarak kuranng lebih dua puluh lima kilo meter dan kita sampai garis finish.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar